Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan Indonesia
Kali
ini saya akan menjawab koneksi materi topik 2...
Persepsi penulis kali ini mengenai peserta didik dan pembelajaran. ibarat kata dijelaskan dibawah ini ya..
Sebelum mempelajari topik Pendidikan dan nilai social
budaya kali ini, saya berpikir bahwa peserta didik adalah gelas yang sudah memiliki karakter dan isi masing
masing sebelumnya yang berada di tempat baru
sehingga untuk mengisinya dengan harus
menggunakan
transfer dengan ilmu pengetahuan.
Tugas saya seorang guru adalah untuk fasilitator yang membantu dalam mentransfer pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan
kurikulum. Kemudian,
pembelajaran menurut saya, diibaratkan kegiatan
proses transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Guru memberikan pembelajaran
dengan metode yang beragam misalkan ceramah langsung
kepada peserta didik, kemudian
dari materi yang diberikan
selanjutnya akan disalin atau dikembangkan
dengan cara literasi oleh peserta
didik sebagai bahan belajar. Hasil belajar sebagai pedoman utama guru
dalam menilai kemampuan siswa, diibaratkan ukuran
kekampuan siswa yang diukur dengan asesmen yang digunakan di pembelajaran.
Yang berubah dari penulis setelah belajar topik kali ini....
Yang berubah dari pemikiran atau perilaku penulis setelah mempelajari
topik ini adalah pembelajaran tidak
mengutamakan hasil belajar melainkan proses yang lebih penting, pendidik harus lebih memahami kebutuhan
belajar peserta didik sebagai bahan untuk penyusunan
rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik sehingga, menjadi
suatu pembelajaran yang bermakna. Kemudian, pentingnya pendidikan pengembangan karakter budi pekerti. Selain itu, proses pembelajaran
berpusat pada siswa dimana siswa mengkonstruksi ilmu pengetahuannya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan
mengeksplor pengetahuannya secara luas (tidak hanya terpaku pada sumber belajar buku
saja).
Yang dapat segera penulis terapkan di kelas untuk merefleksikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah:
a. Memperkenalkan kebudayaan lokal, yaitu salah satunya dengan menerapkan pendidikan berbasis kearifan lokal yang dikaitkan dengan jurusan TKP dan disesuaikan dengan mapel produksi.
b. Membangun kelas yang inklusif: Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang inklusif dan merangkul perbedaan dalam kelas. Guru dapat memastikan bahwa semua siswa merasa diterima dan dihargai di kelas dengan menciptakan lingkungan yang ramah dan menghargai perbedaan.
c. Mengembangkan pendidikan karakter: Ki Hadjar Dewantara juga menekankan pentingnya pengembangan karakter dalam pendidikan. Guru dapat memasukkan kegiatan dan proyek yang membantu siswa mengembangkan karakter seperti rasa percaya diri, kerjasama, dan kejujuran.
d. Memberikan pengalaman belajar yang bervariasi: Ki Hadjar Dewantara menganggap bahwa setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Guru dapat memberikan pengalaman belajar yang bervariasi seperti diskusi kelompok, presentasi, atau pengalaman langsung untuk mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang berbeda.
e. Memberikan pengalaman belajar yang bervariasi: Ki Hadjar Dewantara menganggap bahwa setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Guru dapat memberikan pengalaman belajar yang bervariasi seperti diskusi kelompok, presentasi, atau pengalaman langsung untuk mengakomodasi gaya belajar siswa yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar