Rabu, 29 Oktober 2014

Sepenggal Kisah Awal Remajaku



Menjelang Kepergianmu

Satu tahun kita telah menjalin pertemanan yang akrab. Dimulai ketika awal jumpa, kita tidak saling mengenal dan pada akhirnya dipertemukan dalam kelas yang sama. Fadhil, biasa aku memanggilnya. Setelah lama aku menjadi temannya tak ada sifat yang berubah, dia tetap jadi orang yang supel atau bisa juga disebut orang yang mudah bergaul dilingkungannya. Tak memandang siapa saja orang yang disampingnya, dia menganggap teman itu semua sama.Walau, ada juga teman yang suka menjailinya.
Namun, ketika tahun berikutnya aku dan Fadhil tak lagi berada di kelas yang sama. Kelas kita beda, tapi tetap bersebelahan. Itu tidak menjadi masalah bagi kita. Aku dan Fadhil tetap bisa bermain dan belajar bersama di lingkungan sekolah. Kita juga masih sering pulang bersama, walau rumah kita tidak dekat tapi arah jalan pulang yang sama menjadikan kita masih bisa bersama. Kebetulan rumah Fadhil letaknya sebelum arah rumah ku, jadi aku bisa melewati rumah Fadhil setiap aku pulang sekolah.
Tak lupa, kita suka bertukar pendapat tentang persoalan yang ada di sekolah. Misal saja, ada guru dengan karakter yang berbeda. Aku dan Fadhil bisa cerita panjang lebar tentang guru tersebut. Dan kita saling memberi solusi ketika ada masalah dalam diri kita. Pokoknya tidak bisa dilupakan cara yang kita gunakan untuk menyelesaikan masalah itu.
Hari-hari berlalu, sudah hampir tiga bulan kita berada dikelas yang bersebelahan. Sudah lama kita tidak dapat berkumpul dan bercanda lagi. Tapi, aku ingat dihari Senin siang waktu istirahat kedua itu ketika aku berada di kelas, aku sedang sibuk dan asik mengerjakan tugas yang di berikan oleh salah satu guru. Wah, pokoknya guru itu disiplin dengan tugas yang diberikan. Dan tepat pada hari itu akan diadakan bilingual tes yaitu tes dengan menggunakan bahasa Inggris disetiap mapelnya yang biasa diadakan setiap tengah semester oleh sekolah tempat kita belajar.
Aku merasa ada yang berbeda, disiang itu aku melihat Fadhil ada di depan pintu kelasku dengan tatapan yang kosong melihat sekeliling ruang kelasku. Ada salah satu teman kelasku yang menegurnya “Hai Fadhil, ada apa kamu hanya diam didepan pintu? Masuk saja”. Lalu dia hanya menjawab “tidak apa-apa”. Tak lama setelah berkata itu, dia pergi entah kemana. Aku tak tahu apa yang dimaksud oleh Fadhil pada saat itu.
Hari Senin itu adalah hari pertama dimana dilaksanakan tes. Temanku Fadhil merupakan salah satu siswa yang pandai berbahasa Inggris.biasanya ia mendapatkan nilai yang tak jauh dari angka 8 sekian. Aku kagum padanya, dan sekaligus bangga memiliki teman yang pandai berbahasa Inggris. Bel berbunyi waktu mengerjakan tes telah usai dihari itu.
Semua siswa telah bersiap untuk segera pulang menuju kerumah masing-masing.Tak disanhka dihari itu aku dan Fadhil bisa pulang bersama lagi. Kita pulang bersama teman – teman yang lain juga, yaitu menggunakan angkutan umum yang ada. Pada saat itu kita merasa senang, karena bisa ngobrol dan bersenda gurau di dalam angkutan umum tersebut. Akhirnya, rumah Fadhil telah dekat. Segera saja Fadhil memberi tahu kepada Supir angkutan umum untuk menghentikan lajunya.



Hari selasa sore, yaitu hari dimana tes dihari kedua selesai dilakukan. Aku menunggu Fadhil untuk pulang sekolah bersama. Setelah lama aku menunggunya Fadhil tak kunjung muncul, akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkannya pulang. Karna aku berfikir bahwa dia telah pulang kerumah terlebih dahulu meninggalkanku. Setelah aku dijalan ada salah satu teman kelas Fadhil, dan aku bertanya padanya tentang kehadiran Fadhil disekolah pada saat itu.Ternyata Fadhil tak ada disekolah pada hari itu. Tak biasanya dia seperti itu.
Setelah sampai dirumah ayah bercerita pada ku. Bahwa pada hari Selasa pagi, sekitar pukul 5 ayahku mendapat kabar dari kerabatku yang juga tetangga Fadhil temanku. Salah satu kerabatku tersebut memberitahu kepada ayah, bahwa Fadhil dalam keadaan tidak sadar dan sedang berada di rumah sakit. Betapa kagetnya diriku mendengar berita tersebut, aku tak bisa berbuat apa-apa. Pada saat itu aku hanya bisa berdoa agar Allah memberikan jalan yang terbaik untuk teman terbaikku itu.
Dihari Rabu, setelah pulang sekolah aku berusaha untuk mencaritahu tentang keadaan Fadhil. Aku mencoba bertanya pada salah satu kerabatku yang merupakan tetangga Fadhil yang rumahnya berada tak jauh dari rumah Fadhil. Kerabatku menceritakan padaku, bahwa pada hari Senin sore Fadhil sedang melihat pertandingan sepakbola yang berada di lapangan dekat rumahnya bersama seorang tetangga Fadhil. Tiba – tiba saat pertandingan belum usai, Fadhil merasa tidak enak badan dan akhirnya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Entah bagaimana keadaannya, tiba – tiba temanku Fadhil merasa tak kuat untuk jalan menuju kerumah, dia merasa pusing pada bagian kepalanya dan sulit untuk dikendalikan. Ketika, Fadhil merasa tak kuat lagi untuk berjalan. Temannya panik, dan hanya bisa berteriak untuk memanggil orang yang berada di jalan di area tempat Fadhil tergolek lemah ditepi jalan. Tak berapa lama ada banyak warga yang menolong Fadhil untuk dibawa menuju kerumahnya.
Setelah sampai dirumah, untungnya ayah dan ibu Fadhil berada dirumah segera mereka berusaha menenangkan Fadhil. Tak beberapa lama seorang ibu bidan tetangga Fadhil yang datang untuk memeriksa dan menenangkan Fadhil yang sedang berteriak tak kuat lagi menahan rasa sakit yang ada di kepalanya.
 Fadhil teriak “aku ga kuat lagi bu, kepalaku pusing, tolong saya....”
Ibu Fadhil tetap menenangkan dengan berkata “Ayo nak tetap sabar dan kuat, Istighfar nak..”
Sambil berlinang air mata, ibu Fadhil tak kuat melihat anaknya dengan keadaan yang seperti itu. Ayah Fadhil pun demikian, berusaha untuk menenangkannya.
            Tak lama setelah itu, Fadhil segera di bawa menuju kerumah sakit terdekat di Boyolali. Rupanya, ayah Fadhil masih merasa tak tega kepada Fadhil, melihat kondisi semakin kritis. Setelah, Ayah Fadhil menelfon salah satu kerabat yang berprofesi seorang dokter mendapatkan keputusan bahwa Fadhil harus dibawa Kerumah sakit di kota Jogja. Disana diperoleh kesimpulan Fadhil ada gangguan dikepalanya, gangguan itu adalah tersumbatnya saluran yang mengalirkan darah menuju otak kecilnya. Sehingga timbil pembengkaan didaerah otaknya.
Aku merasa semakin tak kuat untuk mendengarkannya. Ada dua pilihan yang  di pertanyakan oleh kerabat ayah Fadhil, adalah Fadhil segera dioperasi di Jogja atau harus dibawa ke Singapura. Dan dengan pertimbangan yang lumayan banyak yaitu dengan segala resiko yang difikirkan untuk kedepannya. Akhirnya yang menjadi keputusannya yaitu Fadhil segera dioperasi di rumah sakit di Kota Jogja dengan doter yang terbaik untuk menangani penyakit yang diderita oleh Fadhil.
Ibu. Ayah, Adik, keluarga,teman dan tetangga Fadhil terus mendoakannya selama masa operasi tersebut. Setelah waktu operasi usai, dokter mengatakan bahwa “operasi telah berjalan dengan lancar dan berhasil, kita tinggal menunggu waktu sadarnya dengan hatiikhlas dan terus berdoa untuknya”



Beberapa hari pasca operasi, aku dan beberapa teman yang lain serta beberapa guru ingin mengetahui bagaimana keadaan Fadhil. Kita bersama, menjenguk Fadhil ke rumah sakit di Jogja tempat Fadhil dirawat. Namun, ada salah satu sahabat dekat Fadhil yang tak bisa ikut menjenguk, yaitu Arriz.
Setelah sampai di rumah sakit, kita tak bisa langsung melihat keadaan Fadhil karena Fadhil ada ruang ICU. Kita disana hanya bisa bertemu dengan kedua orang tua Fadhil. Ketika sampai diruang tunggu aku hanya melihat ada raut wajah kesedihan yang ada diruang tersebut. Tak hanya kedua orang tua Fadhil diruang tunggu tersebut ada banyak orang dan juga berasal dari bermacam-macam daerah yang sedang menunggu kerabatnya.
Aku tak bisa menahan rasa sedih ketika orang tua Fadhil meneteskan air mata ketika sedikit menceritakan tentang keadaan Fadhil. Terutama ibu Fadhil yang terus menagisi keadaan Fadhil. Aku berfikir, “Mungkin itu karena rasa sayang seorang ibu kepada anaknya”. Tiba tiba, aku merasa senang ketika mendengar berita yang diceritakan oleh ibu Fadhil. Ibu Fadhil berkata “setelah beberapa hari pasca operasi dokter menyatakan keadaan dan titik kesadaran anak saya Fadhil meningkat”.
Sejak saat itu aku terus berdoa untuk kesembuhan Fadhil, semoga dia diberikan jalan yang terbaik untuk hidupnya.Selama beberapa hari pula aku mendapatkan berita tentang Fadhil semakin membaik. Dan ada rencana oleh dokter pada Hari Senin mendatang selang yang ada di kepala Fadhil ketika keadaan membaik akan dilepas. Aku berharap hal itu dapat terwujud.
Setelah hari itu tiba, Alhamdulillah ternyata rencana tersebut berjalan dengan lancar, kita semua bersyukur dengan perkembangan tersebut.
Sehari setelah selang dilepas, tiba – tiba kesadaran dan kesehatan Fadhil mulai menurun. Hari Rabu tepat tanggal 30 Mei 2012 Fadhil tak bisa di tolong lagi oleh dokter. Meskipun keadaan di hari-hari  sebelumnya mengalami peningkatan kesadaran. Keadaan dan takdir sudah tak bisa dihindari oleh Fadhil. Fadhil pergi menuju ka alam keabadian dan tak bisa kembali lagi bersama kita. Kesedihan tetap ada, namun tak besar kekecewaan oleh Ayah dan Ibu Fadhil karena semua upaya untuk kesembuhan Fadhil telah dilakukan. Namun, pada kenyataannya kita semua yang pernah mengenal dia merasa kehilangan dan harus ikhlas untuk melepaskannya.
Pada saat hari pemakaman untuk sahabatku itu, aku melihat adanya kesederhanaan yang diwujudkan oleh keluarga Fadhil. Semua keluarga berusaha untuk mengikhlaskannya. Aku kagum, dengan banyak orang yang datang dihari itu. Banyak Saudara, kerabat, teman dekat, teman jauh, guru, tetangga, dan masih banyak lagi pihak lain yang mengenalmu pada akhirnya datang untuk kepergianmu.
Saat itu pandanganku terarah pada salah satu sahabatku yang tak berhenti menangisi kepergian Fadhil, dia Arriz. Dia menagis karena sejak Fadhil berada di rumah sakit sama sekali belum bisa menjenguknya. Aku berusaha menenagkannya saat itu.
Aku berkata padanya “ Jika kamu menyayangi sahabatmu itu ikhlaskan. Jika ingin menangis,menangislah namun hanya untuk kali ini saja”
Arriz menjawab, “Iya, Insyallah aku kuat untuk mengiklaskannya”

Aku menyimpulkan untuk sahabatku itu (sahabat yang telah abadi) “ Pada akhirnya  harta yang dimiliki Allah SWT akan kembali ke asal-Nya.


-----***------

foto hanya pemanis



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MARI KONEKSI KEMBALI PENDIDIKAN DAN NILAI SOSIAL BUDAYA

Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan Indonesia Kali ini saya akan menjawab koneksi materi topik 2... Persepsi penulis kali ini mengena...