Menjelang
Kepergianmu
Satu tahun kita telah menjalin
pertemanan yang akrab. Dimulai ketika awal jumpa, kita tidak saling mengenal
dan pada akhirnya dipertemukan dalam kelas yang sama. Fadhil, biasa aku
memanggilnya. Setelah lama aku menjadi temannya tak ada sifat yang berubah, dia
tetap jadi orang yang supel atau bisa juga disebut orang yang mudah bergaul
dilingkungannya. Tak memandang siapa saja orang yang disampingnya, dia
menganggap teman itu semua sama.Walau, ada juga teman yang suka menjailinya.
Namun, ketika tahun berikutnya
aku dan Fadhil tak lagi berada di kelas yang sama. Kelas kita beda, tapi tetap bersebelahan.
Itu tidak menjadi masalah bagi kita. Aku dan Fadhil tetap bisa bermain dan
belajar bersama di lingkungan sekolah. Kita juga masih sering pulang bersama,
walau rumah kita tidak dekat tapi arah jalan pulang yang sama menjadikan kita
masih bisa bersama. Kebetulan rumah Fadhil letaknya sebelum arah rumah ku, jadi
aku bisa melewati rumah Fadhil setiap aku pulang sekolah.
Tak lupa, kita suka bertukar
pendapat tentang persoalan yang ada di sekolah. Misal saja, ada guru dengan
karakter yang berbeda. Aku dan Fadhil bisa cerita panjang lebar tentang guru
tersebut. Dan kita saling memberi solusi ketika ada masalah dalam diri kita.
Pokoknya tidak bisa dilupakan cara yang kita gunakan untuk menyelesaikan
masalah itu.
Hari-hari berlalu, sudah hampir
tiga bulan kita berada dikelas yang bersebelahan. Sudah lama kita tidak dapat
berkumpul dan bercanda lagi. Tapi, aku ingat dihari Senin siang waktu istirahat
kedua itu ketika aku berada di kelas, aku sedang sibuk dan asik mengerjakan
tugas yang di berikan oleh salah satu guru. Wah, pokoknya guru itu disiplin
dengan tugas yang diberikan. Dan tepat pada hari itu akan diadakan bilingual
tes yaitu tes dengan menggunakan bahasa Inggris disetiap mapelnya yang biasa
diadakan setiap tengah semester oleh sekolah tempat kita belajar.
Aku merasa ada yang berbeda,
disiang itu aku melihat Fadhil ada di depan pintu kelasku dengan tatapan yang
kosong melihat sekeliling ruang kelasku. Ada salah satu teman kelasku yang
menegurnya “Hai Fadhil, ada apa kamu hanya diam didepan pintu? Masuk saja”.
Lalu dia hanya menjawab “tidak apa-apa”. Tak lama setelah berkata itu, dia
pergi entah kemana. Aku tak tahu apa yang dimaksud oleh Fadhil pada saat itu.
Hari Senin itu adalah hari
pertama dimana dilaksanakan tes. Temanku Fadhil merupakan salah satu siswa yang
pandai berbahasa Inggris.biasanya ia mendapatkan nilai yang tak jauh dari angka
8 sekian. Aku kagum padanya, dan sekaligus bangga memiliki teman yang pandai
berbahasa Inggris. Bel berbunyi waktu mengerjakan tes telah usai dihari itu.
Semua siswa telah bersiap untuk
segera pulang menuju kerumah masing-masing.Tak disanhka dihari itu aku dan
Fadhil bisa pulang bersama lagi. Kita pulang bersama teman – teman yang lain
juga, yaitu menggunakan angkutan umum yang ada. Pada saat itu kita merasa
senang, karena bisa ngobrol dan bersenda gurau di dalam angkutan umum tersebut.
Akhirnya, rumah Fadhil telah dekat. Segera saja Fadhil memberi tahu kepada
Supir angkutan umum untuk menghentikan lajunya.
Hari selasa sore, yaitu hari
dimana tes dihari kedua selesai dilakukan. Aku menunggu Fadhil untuk pulang
sekolah bersama. Setelah lama aku menunggunya Fadhil tak kunjung muncul,
akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkannya pulang. Karna aku berfikir bahwa
dia telah pulang kerumah terlebih dahulu meninggalkanku. Setelah aku dijalan
ada salah satu teman kelas Fadhil, dan aku bertanya padanya tentang kehadiran
Fadhil disekolah pada saat itu.Ternyata Fadhil tak ada disekolah pada hari itu.
Tak biasanya dia seperti itu.
Setelah sampai dirumah ayah
bercerita pada ku. Bahwa pada hari Selasa pagi, sekitar pukul 5 ayahku mendapat
kabar dari kerabatku yang juga tetangga Fadhil temanku. Salah satu kerabatku
tersebut memberitahu kepada ayah, bahwa Fadhil dalam keadaan tidak sadar dan
sedang berada di rumah sakit. Betapa kagetnya diriku mendengar berita tersebut,
aku tak bisa berbuat apa-apa. Pada saat itu aku hanya bisa berdoa agar Allah
memberikan jalan yang terbaik untuk teman terbaikku itu.
Dihari Rabu, setelah pulang
sekolah aku berusaha untuk mencaritahu tentang keadaan Fadhil. Aku mencoba
bertanya pada salah satu kerabatku yang merupakan tetangga Fadhil yang rumahnya
berada tak jauh dari rumah Fadhil. Kerabatku menceritakan padaku, bahwa pada
hari Senin sore Fadhil sedang melihat pertandingan sepakbola yang berada di
lapangan dekat rumahnya bersama seorang tetangga Fadhil. Tiba – tiba saat pertandingan
belum usai, Fadhil merasa tidak enak badan dan akhirnya memutuskan untuk pulang
terlebih dahulu. Entah bagaimana keadaannya, tiba – tiba temanku Fadhil merasa
tak kuat untuk jalan menuju kerumah, dia merasa pusing pada bagian kepalanya dan
sulit untuk dikendalikan. Ketika, Fadhil merasa tak kuat lagi untuk berjalan.
Temannya panik, dan hanya bisa berteriak untuk memanggil orang yang berada di
jalan di area tempat Fadhil tergolek lemah ditepi jalan. Tak berapa lama ada
banyak warga yang menolong Fadhil untuk dibawa menuju kerumahnya.
Setelah sampai dirumah, untungnya
ayah dan ibu Fadhil berada dirumah segera mereka berusaha menenangkan Fadhil. Tak
beberapa lama seorang ibu bidan tetangga Fadhil yang datang untuk memeriksa dan
menenangkan Fadhil yang sedang berteriak tak kuat lagi menahan rasa sakit yang
ada di kepalanya.
Fadhil teriak “aku ga kuat lagi bu, kepalaku
pusing, tolong saya....”
Ibu Fadhil tetap menenangkan dengan berkata “Ayo nak
tetap sabar dan kuat, Istighfar nak..”
Sambil berlinang air mata, ibu Fadhil tak kuat melihat anaknya dengan keadaan yang seperti itu. Ayah Fadhil pun demikian, berusaha untuk menenangkannya.
Sambil berlinang air mata, ibu Fadhil tak kuat melihat anaknya dengan keadaan yang seperti itu. Ayah Fadhil pun demikian, berusaha untuk menenangkannya.
Tak
lama setelah itu, Fadhil segera di bawa menuju kerumah sakit terdekat di
Boyolali. Rupanya, ayah Fadhil masih merasa tak tega kepada Fadhil, melihat
kondisi semakin kritis. Setelah, Ayah Fadhil menelfon salah satu kerabat yang
berprofesi seorang dokter mendapatkan keputusan bahwa Fadhil harus dibawa
Kerumah sakit di kota Jogja. Disana diperoleh kesimpulan Fadhil ada gangguan
dikepalanya, gangguan itu adalah tersumbatnya saluran yang mengalirkan darah
menuju otak kecilnya. Sehingga timbil pembengkaan didaerah otaknya.
Aku merasa semakin tak kuat untuk
mendengarkannya. Ada dua pilihan yang di
pertanyakan oleh kerabat ayah Fadhil, adalah Fadhil segera dioperasi di Jogja
atau harus dibawa ke Singapura. Dan dengan pertimbangan yang lumayan banyak
yaitu dengan segala resiko yang difikirkan untuk kedepannya. Akhirnya yang
menjadi keputusannya yaitu Fadhil segera dioperasi di rumah sakit di Kota Jogja
dengan doter yang terbaik untuk menangani penyakit yang diderita oleh Fadhil.
Ibu. Ayah, Adik, keluarga,teman
dan tetangga Fadhil terus mendoakannya selama masa operasi tersebut. Setelah
waktu operasi usai, dokter mengatakan bahwa “operasi telah berjalan dengan
lancar dan berhasil, kita tinggal menunggu waktu sadarnya dengan hatiikhlas dan
terus berdoa untuknya”
Beberapa hari pasca operasi, aku
dan beberapa teman yang lain serta beberapa guru ingin mengetahui bagaimana
keadaan Fadhil. Kita bersama, menjenguk Fadhil ke rumah sakit di Jogja tempat
Fadhil dirawat. Namun, ada salah satu sahabat dekat Fadhil yang tak bisa ikut
menjenguk, yaitu Arriz.
Setelah sampai di rumah sakit, kita
tak bisa langsung melihat keadaan Fadhil karena Fadhil ada ruang ICU. Kita
disana hanya bisa bertemu dengan kedua orang tua Fadhil. Ketika sampai diruang
tunggu aku hanya melihat ada raut wajah kesedihan yang ada diruang tersebut.
Tak hanya kedua orang tua Fadhil diruang tunggu tersebut ada banyak orang dan
juga berasal dari bermacam-macam daerah yang sedang menunggu kerabatnya.
Aku tak bisa menahan rasa sedih
ketika orang tua Fadhil meneteskan air mata ketika sedikit menceritakan tentang
keadaan Fadhil. Terutama ibu Fadhil yang terus menagisi keadaan Fadhil. Aku
berfikir, “Mungkin itu karena rasa sayang seorang ibu kepada anaknya”. Tiba
tiba, aku merasa senang ketika mendengar berita yang diceritakan oleh ibu
Fadhil. Ibu Fadhil berkata “setelah beberapa hari pasca operasi dokter
menyatakan keadaan dan titik kesadaran anak saya Fadhil meningkat”.
Sejak saat itu aku terus berdoa
untuk kesembuhan Fadhil, semoga dia diberikan jalan yang terbaik untuk
hidupnya.Selama beberapa hari pula aku mendapatkan berita tentang Fadhil semakin
membaik. Dan ada rencana oleh dokter pada Hari Senin mendatang selang yang ada
di kepala Fadhil ketika keadaan membaik akan dilepas. Aku berharap hal itu
dapat terwujud.
Setelah hari itu tiba, Alhamdulillah
ternyata rencana tersebut berjalan dengan lancar, kita semua bersyukur dengan
perkembangan tersebut.
Sehari setelah selang dilepas,
tiba – tiba kesadaran dan kesehatan Fadhil mulai menurun. Hari Rabu tepat
tanggal 30 Mei 2012 Fadhil tak bisa di tolong lagi oleh dokter. Meskipun
keadaan di hari-hari sebelumnya
mengalami peningkatan kesadaran. Keadaan dan takdir sudah tak bisa dihindari
oleh Fadhil. Fadhil pergi menuju ka alam keabadian dan tak bisa kembali lagi
bersama kita. Kesedihan tetap ada, namun tak besar kekecewaan oleh Ayah dan Ibu
Fadhil karena semua upaya untuk kesembuhan Fadhil telah dilakukan. Namun, pada
kenyataannya kita semua yang pernah mengenal dia merasa kehilangan dan harus
ikhlas untuk melepaskannya.
Pada saat hari pemakaman untuk
sahabatku itu, aku melihat adanya kesederhanaan yang diwujudkan oleh keluarga
Fadhil. Semua keluarga berusaha untuk mengikhlaskannya. Aku kagum, dengan
banyak orang yang datang dihari itu. Banyak Saudara, kerabat, teman dekat, teman
jauh, guru, tetangga, dan masih banyak lagi pihak lain yang mengenalmu pada
akhirnya datang untuk kepergianmu.
Saat itu pandanganku terarah pada
salah satu sahabatku yang tak berhenti menangisi kepergian Fadhil, dia Arriz.
Dia menagis karena sejak Fadhil berada di rumah sakit sama sekali belum bisa
menjenguknya. Aku berusaha menenagkannya saat itu.
Aku berkata padanya “ Jika kamu
menyayangi sahabatmu itu ikhlaskan. Jika ingin menangis,menangislah namun hanya
untuk kali ini saja”
Arriz menjawab, “Iya, Insyallah
aku kuat untuk mengiklaskannya”
Aku menyimpulkan untuk sahabatku
itu (sahabat yang telah abadi) “ Pada akhirnya
harta yang dimiliki Allah SWT akan kembali ke asal-Nya.
-----***------
foto hanya pemanis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar